Minggu, 16 April 2017

HAMIL ANAK PERTAMA

Saya menikah pada tanggal 21 Januari 2017
Awalnya sih pengen nunda kehamilan sampai bulan Maret karena pada bulan itu saya berencana mau jalan-jalan ke Baluran.
Karena setelah pernikahan selalu timbul kegundahan kekhawatiran dan was-was maka saya putuskan untuk tidak menunda apapun.
Kali ini bismillah ya...
Mulai Bulan Februari 2017, saya mulai nyetok Test Pack Onemed harganya cukup murah, saya beli sekitar 9 Test Pack. Mulai awal bulan selalu saya cek, dan hasilnya selalu negatif.
Setiap hasil tes, selalu saya tandai tes ke berapa dan tanggal berapa.
Sampai saya terakhir tes tanggal 24 Februari 2017, itu hasilnya masih negatif.
Bulan Februari, saya penuh dengan kebaperan. Sebagai wanita seperti gagal, takut tidak bisa hamil lah, takut ada penyakit ini itu lah. Fix saya kalut bgt tiap habis tes dan hasilnya negatif.

Saya hampir putus asa dengan keputusan saya untuk mengetes tiap saat.
Sampai pada akhirnya saya merasa bahwa saya perlu menstruasi terlebih dahulu untuk dapat memperoleh masa subur, ketika itu saya merasa bahwa saya akan menstruasi.
Perut rasanya nyeri pokoknya fix kayak orang mau menstruasi rasanya (FYI, saya terakhir menstruasi tanggal 25 Desember 2016, Bulan Januari 2017 saya tidak menstruasi sampai saat ini saya menulis blog ini). 

27 Februari 2017, pas saya kebetulan ke apotek saya beli 2 testpack lagi. buat stok aja sih.
tapi kemarin saya sempet mikir juga jangan-jangan saya hamil, karena saya mudah capek.

28 Februari 2017, saya masih punya simpenan testpack 1, yang iseng-iseng mau saya pakai untuk test terakhir. Pagi itu saya cek ketika mandi. Awalnya samar-samar gitu garisnya, saya udah putus asa

Dan hasilnya alhamdullilah... Positif... Akhirnya....

Saya langsung cek ke puskesmas di dekat rumah saya untuk cek rutin dan mrnjalani beberapa rangkaian tes.

Saya ke lab untuk cek darah guna mengetahui beberapa hal seperti hiv, sipilis, dan hbs ag. (Silahkan cek di google)

kemudian ke poli gigi, kemudian ke poli gizi, ke poli psikologi, dan ke poli umum.

Banyak hal yang harus dipersiapkan ya ternyata...hhhe

Dan saya diberi buku pegangan berwarna pink

BUKU KESEHATAN IBU DAN ANAK

Buku ini berisi informasi tentang ibu dan anak, sejak ibu hamil, melahirkan, sampai pengasuhan balita.

Ini buku ibarat senjata ibu ibu pas lagi periksa hukumnya wajib banget dibawa.

 Hhahahahahhahahaha


Saya pikir saya akan lebih tenang jika memiliki dua alternatif konsultasi, jadi saya dan suami berinisiatif untuk periksa ke rumah sakit yang lebih besar dengan alat yang lebih lengkap.

Saya menetapkan ke salah satu rumah sakit H di kota JOGJA.

Sayangnya di sini dokter kandungan cowok semua, dan suami juga ga keberatan jadi ya okay lah saya juga gpp.

Sebenarnya ada alasan lain kenapa kita ngotot ke dokter kandungan

Karena ketika di puskesmas, janin yang ada di perut saya diklim bahwa berusia 9 minggu.
Bisa dibayangkan syoknya saya dan suami?

Nikah baru sebulan, bayi udah 2 bulan lebih seminggu.
Kenapa bisa begitu?

Begini.

Terakhir awal mens saya adalah 25 desember 2016
Januari saya ga mens, karena mens saya memang tidak teratur, jika stres kecapekan pasti mens bakal telat bahkan bisa telat bgt.

Jadi usia janin saya terhitung dari 25 desember 2016 dan saat itu, usianya 9 minggu.

Kenapa kesannya kayak hamil di luar nikah gini.
Sedih bgt

Maka dari itu kita cus ke rumah sakit buat usg.

Setelah di usg ternyata benar janin masih sangat kecil masih di awal awal pertumbuhan.

Bukan nya berusia 9 minggu.

Suami saya nampak lega karena dia takut dikira hamil fi luar nikah...

Zzzzzzzzz

Apalah dia itu hhhha

Next periksa di bulan kedua ya.... See you


Fotografer untuk Pernikahan Kita

Pernikahan yang indah merupakan impian tiap orang, terkadang pernikahan itu merupakan ajang untuk menunjukkan siapa sih sebenarnya kita.

Pernikahan yang indah nan megah sesuai dengan impian kita wajib selalu kita abadikan. Di dunia yg serba canggih ini, rasanya mempublikasikan dokumentasi merupakan hal yang lumrah.

Salah satu pengalaman yang saya alami ketika pernikahan saya.

Awalnya, saya berusaha mencari vendor dokumentasi yang cukup profesional dibidangnya dengan budget yang saya miliki.

1 tahun sebelum pernikahan saya mulai menyisihkan keuangan saya untuk hal ini, karena saya tau, saya dan pihak tetua akan bebeda paham akan hal ini.

Dan benar adanya ketika saya sudah menetapkan, saya yakin dengan vendor A karena hasilnya sangat indah sangat halus, dan saya bisa menyesuaikan dengan budget saya karena dia teman saya. Orang tua saya awalnya tidak setuju dengn budget sekian hanya untuk itu, tapi saya menjelaskan akhirnya mereka memahami bahwa saya hanya ingin yang terbaik, karena bagi saya dokumentasi itu sangat sangat berarti dan penting bagi saya.

Fix, saya DP vendor A tersebut, tanpa pertimbangan yang lain. Pertimbangan saya saat itu hanya :

  1. Hasil dari dokumentasi vendor tersebut (outputnya)
  2. Harganya, memang harga untuk ukuran hasil seperti itu menurut saya its okay.
Mulai dari pagi di hari pernikahan saya, saya pikir mereka terlambat, saya selalu berpikir positif, mungkin mereka sedang di jalan atau apa lah tapi saya tau mereka tidak akan melalaikan tugasnya.
Saya sudah berpikir bahwa mereka memiliki cara kerja yang profesional.

H + 2 atau berapa hari ya saya lupa, intinya saya berikan pelunasan, saya juga buka tipe orang yang pelit. Saya selalu menghargai setiap tenaga yang mereka keluarkan. Saya berikan beberapa hadiah dengan harapan mereka lebih bersemangat dan sebagai ucapan terimakasih, karena saya sadar bahwa saya tidaklah seperti klien mereka yang memiliki kelas di atas saya. Saya sangat sadar dengan hal itu. Tapi yang saya tau, pernikahan yang dijalani ini sama prntingnya dengan semua orang rasakan.

Saya bukan tipe orang yang suka membuat orang gusar, tergesa gesa ataupun tidak nyaman, jadi saya cuma sekali dua kali bertanya kira kira jadi kapan. 

Seingat saya, dijanjian 1bulan. 

Singkat cerita ....

Disaat sudah sampai hari dimana saya berhak mendapatkan apa yang seharusnya saya dapatkan, pasti selalu saja ada alasan, dan saya selalu positive thinking.

Saya tau edit video itu gak gampang semua butuh yang namanya feel.
Saya tau untuk mendapatkan editan yang bagus memang harus fotografer yang bersangkutan yang handle editan

Saya tau betul itu dan saya paham.

Fine saya ga masalah ketika diundur dan diundur.

Sampai pada masa di mana saudara saya, suami saya, saudara suami saya, ibu saya, tetangga saya, dan banyak yang tanya tentang foto tersebut.
Saya merasa saya mengecewakan mereka.
Pernah pada suatu ketika saudara saya dari jauh datang ke rumah untuk lihat foto. Betapa sedihnya saya ketika fotonya belum ada.

Hampir 3 bulan ini, seharusnya output yang saya miliki adalah : weddingclip, video full wedding, wedding book, album 100 cetakan plus all file
Sampai saat ini baru weddingbook dan all softfile.

Berangkat dari pengalaman tersebut, karena ini pernikahan saya insha allah yang pertama dan terakhir, saya ingin menambahkan 1 pertimbangan lagi bagi calon pengantin yang hendah memilih vendor dokuementasi.

Selain pesona hasil outputnya dan harganya, alangkah baiknya jika kita pertimbangkan komitmen mereka. Di MOU saya spertinya tidak sampai 3 bulan semua udah jadi. Tapi ini molor dan molor terus.

Pada awal perjanjian harus kita tegaskan bahwa kita juga butuh ontime.

Karena itu penting.

Sehingga ga ada yang namanya udah janjian di hari H dan ketika hari H ga ada kabar, dichat ga direspon sama sekali.

Saya juga menyadari kliennya banyak, tiap hari bekerja, tapi di sini posisi saya juga klien.

Apakah benar cara kerja seperti ini?

Walaupun hasil sebagus apapun pada akhirnya saya juga harus kecewa.


Kamis, 23 Juli 2015

Akses menuju Pantai Kosa Kora

Liburan hari pertama ketika lebaran 2015
Liburan pertama bareng keluarga biasa ke ladang nenek. Sudah sejak lama sekeluarga sering datang ke mari karena lokasi ladang yang dekat dengan pantai, berasa kayak private beach gitu hhhha...gambaran singkat tentang kondisi pantainya cukup alami, masih banyak pohon pandan sebelum masuk ke area pantai. Sebelah barat terdapat gunung kapur yg membatasi dengan Pantai Drini, dan di sebelah timur terdapat bukit yg kini disebut Bukit Amarei atau Puncak Kosakora.
Pantai yg dulu kita anggap sebagai pantai sendiri, kita namai dg nama unik yaitu Pantai Mbah Kaminah (ceritanya diangkat dari nama nenek hhhe). Pantai ini terletak di sebelah timur Pantai Drini. Akses utama jalannya sama dengan jalan ke arah Pantai Drini, tetapi sebelum sampai Pantai Drini, sudah ada palang tanda yg mengarahkan kita ke pantai tersebut.
Mulai tahun 2015, pantai privat itu mulai dibuka untuk umum. Akses ke pantai mulai dibuka dengan mengosongkan beberapa area lahan ladang milik warga, beberapa (hampir semua) pohon pandan di pinggir pantai ditebang agar pantai mudah dijangkau dan mulai terlihat dari kejauhan (jadi maklum aja jika jalannya tidak rata dan tidak disarankan memakai sepatu flat yg unyu2 karena dijamin akan segera rusak hhha✌✌✌✌).
Pantai yg baru dibuka aksesnya itu diberi nama Pantai Kosakora,  menurut penuturan warga kosa kora itu artinya koran satu kopi ra ono jika dibahasa indonesiakan artinya sebuah koran tanpa kopi. Menurut penuturan sumber yang sama, itu dinamai oleh salah satu mahasiswa perguruan tinggi di yogyakarta yang ketika mmelakukan pendakian dan ketika sampai di puncak, mereka baru sadar bahwa korannya untuk alas cuma ada satu dan mereka lupa membawa kopi.